Kamis, 15 April 2010

etika tradisional yang hilang

Sebelum teknologi berkembang pesat sangatlah susah untuk memberikan informasi penting di saat kita dalam keadaan darurat. Bertahun-tahun para ahli mencoba untuk membuat dan mengembangkan sarana yang dapat dijangkau masyarakat luas. Dengan ini masyarakat pun tidak lagi kebingungan untuk menyampaikan informasi atau memberikan informasi yang dirasa penting. Telepon seluler salah satu contohnya, saat ini pun telepon seluler atau yang biasa kita sebut dengan handphone memiliki fasilitas internet. Hanya dengan sebuah device kecil seorang pengguna dapat mengirim email, membuka situs jejaring mereka, dan juga mendapatkan info yang dirasa mereka bermanfaat. Jika kita melihat ke belakang, sangatlah susah jika kita ingin menghubungi mereka melewati dunia maya. Namun saat ini segala fasilitas disediakan.
Keuntungan ini setidaknya membuat masyarakat merasa ingin terus dan terus menambah sistem komunikasi mereka dengan teknologi yang canggih. Banyak orang yang sudah tertarik di bidang IT untuk menambah pengetahuan mereka. Karena itu perusahaan yang bekerja di bidang telepon seluler ataupun operator gencar menambah kualitas dari jasa mereka. Dan di sini pun terjadi persaingan.
Ada keuntungan yang baik. Jika dilihat dari sisi positifnya kita dapat menyampaikan informasi yang penting melalui pesan singkat (sms) dan juga menghemat waktu serta biaya. Namun jika dilihat dari sisi norma kesopanan, mengirim pesan singkat kepada seseorang yang lebih tua mungkin kita merasa sedikit kurang sopan, namun karena sudah membudaya mengirim pesan singkat kita pun menganggap itu baik-baik saja, namun kita harus menggunakan bahasa yang sopan serta mengucapkan salam. Norma kesopanan lainnya yang telah pudar saat ini adalah jika kita dipanggil orang tua untuk diminta melakukan sesuatu, secara tidak sadar kita lebih mendahului barang yang kita genggam dibandingkan melaksanakan perintah orang tua. Di sini terlihat norma kesopanan kita terhadap orang tua telah memudar.
Misal contoh lain yaitu televisi. Sajian informasi yang diberikan oleh televisi seperti berita memang membuat penonton menjadi “terbius” dengan tayangan yang disajikan. Dari televisi film-film yang disuguhkan sebagai penghibur pun disajikan. Penonton yang mungkin merasa jenuh dapat menikmati acara tersebut.
Namun di sini juga terdapat sisi norma kesopanan yang sedikit menyimpang. Para pemain yang ada di televisi pada saat bermain di sebuah adegan menggunakan baju yang kurang sopan, sehingga mempengaruhi anak-anak muda untuk menggunakan baju tersebut. Atau bisa disebut korban mode.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa semua teknologi yang berkembang itu baik. Namun bagaimana kita dapat menyaring dan melakukannya di kehidupan sehari-hari agar tetap tidak meninggalkan norma kesopanan yang sudah ada sejak dulu.

Sabtu, 10 April 2010

membuat tulisan yang baik

ada tata cara menulis yang baik,
mungkin yang pertama dilihat dari tema yang akan kita angkat,yang kedua menentukan judul,yang ketiga menentukan sub-sub paragraf sehingga cerita yang akan kita sampaikan lebih enak dibaca oleh para pembaca,
yaaaaa,,,mungkin saat ini saya sedang belajar bagaimana cara menulis yang baik,sehingga orang lain dapat mengerti tulisan yang saya buat..
doakan saya yaaa ^^

Jumat, 02 April 2010

apa kata dunia??

Ingat markus, setidaknya pasti tertuju pada Gayus. Bagaimana tidak, usia Gayus baru 30 tahun, dan bekerja di Dirjen Pajak 5 tahun sudah memiliki kekayaan yang melimpah, tidak sedikit jumlahnya,25 Miliar. Jumlah sebesar ini seharusnya digunakan untuk kepentingan negara, kepentingan masyarakat. seorang Gayus yang dulunya tinggal di sebuah rumah sangat sederhana sekali dan kemudian menjelma menjadi milyarder dengan memiliki rumah seharga 3 miliar, dan menempati golongan III A,sudah memiliki jumlah harta kekayaan 3 kali lipat dari harta bosnya yang bekerja selama 25 tahun. fenomena ini cukup menyedihkan bagi negara kita.

Gayus sebelumnya pernah diperiksa dengan masalah yang sama, namun entah kenapa lolos dari pemeriksaan dan Gayus pun lari ke Singapura. Setelah itu,nama Gayus mulai mencuat setelah mantan Kabareskrim POLRI komjen polisi Susno Duadji membeberkan keterlibatan salah satu pegawai Ditjen pajak pada satgas mafia hukum. Namun Gayus masih dapat melenggang pergi ke Singapura yang kemungkinan dilakukannya untuk bersembunyi. Dan yang lebih hebat lagi, Gayus dapat melenggang pergi ke Singapura dengan menggunakan paspor palsu, dia merubah nama untuk dapat lolos dan sampai ke tempat tujuannya.
tetapi, pelariannya ke Singapura tidak lama, karena kantor imigrasi indonesia dan Singapura bekerjasama untuk menangkap Gayus. dan sesampainya polisi indonesia di singapura, mereka membujuk gayus untuk kembali ke tanah air untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. gayus pun mengatakan tidak hanya dia sendiri

Pemboikotan untuk membayar pajak dilakukan oleh masyarakat di situs jejaring sosial, ini dilakukan masyarakat dalam upaya mendapatkan keadilan, dimana masyarakat ingin uang yang mereka percayakan dapat digunakan dengan benar.

Membayar pajak sudah merupakan kewajiban bagi warga negara indonesia yang sudah berpenghasilan, dan pajak itu sendiri digunakan untuk membangun berbagai fasilitas yang dapat dinikimati orang banyak. lalu jika pajak yang sudah kita bayar dan kita percayakan diselewengkan, apa kata dunia?

Pengikut